Tuesday, March 23, 2010

Sejenak pikiran saya berwisata.

'Arrghhh...', saya menyandarkan badan d sofa. Kepala saya menengadah tapi tidak sedang memandang langit-langit ruangan karena mata saya terpejam. Ibu jari dan telunjuk saya menekan-nekan alis mata, hingga kerutan dikening saya semakin nyata. Hufff. 'Peliss.. semuanya duduk yang manisss dunk!!', itu sebuah teriakan, tapi saya yakin tak seorangpun mendengar kata-kata saya itu.
***

'tidak bisa! Saya sudah tidak bisa berlama-lama di sini! Pengap tau!

'aku juga tak bisa!', teriak yang lain.

'pokoknya aku harus keluar sekarang. Ini demi kepentingan manusia! kaum mu!', yang lain juga menggerutu.

'betul, kami lah yang pantas keluar lebih dulu. manusia sudah banyak tersesat. mereka butuh pesan moral!'

'ah, sekarang itu zaman edan. manusia lebih butuh lelucon. Hiburan. Bukan nasehat. saya lah yang pantas keluar lebih dulu'

'ada betulnya juga kawan kita ini. manusia sekarang sudah tak butuh nasehat lagi. berapa kali sehari adjan menggema bersahut-sahutan? tapi tak banyak manusia yang menghiraukannya! saya yakin si ucok sudah punya Alkitab, si made dan si Liong juga pasti menyimpan kitab mereka masing-masing. Bukankah itu sudah cukup??'

'kita harus mencoba! karna kebaikan akan selalu menang!'

'ah diamlah kalian semua!! Aku sudah jengah! tak sabar aku untuk memaki mereka yang sengaja berbuat salah -lalu mengaku khilaf. tak sabar aku untuk menghujat mereka yang berkorupsi itu! tak mempan kata-kata manis untuk mereka!! Aku ingin menyentak si nagagembel ini, agar berkurang kemalasannya'

'tak ada gunanya kawan! toh banyak dari manusia-manusia itu yang malas membaca. kita tak punya suara. kita tak punya kekuatan untuk berteriak lantang. tak banyak yang sudi melihat kita'
***
'woi! masih pagi udah merem lagi. bangun lo!!!'. Saya terkaget. Refleks membuka mata. Dasar si Hari kancrut! Saya memaki, tapi hanya dalam hati. Mencoba mengumpulkan kesadaran, sambil mengingat-ingat apa yang barusan terjadi, kenapa saya ada di sofa ini.

'gw caw dulu yak!', tanpa menunggu jawaban saya, Hari berjalan kearah pintu.
'eh Har, bentar!', kali ini saya benar-benar sedang berteriak, buktinya saja si Hari langsung menghentikan langkahnya,
'apa lagi?', sahutnya.
'apa tuh yang lo pegang?'
'buku', diangkatnya tangannya yang menggenggam buku.
'buat?'
'geblek! Ya buku gunanya buat dibaca. udah ah! Gw caw dulu, ga penting banget pertanyaan lo'.

Hari berlalu, dan saya meraih hp, mengetikkan kata-kata yang semula bentuknya tak beraturan. Dan mungkin setelah saya rangkai sedaya upaya, tetap bentuknya tak beraturan. Saya tak peduli!. Daripada mereka mati konyol dan membusuk karena saling berdesakan dipikiran saya. Tak peduli entah siapa yang akan membacanya nanti. Entah Hari akan mampir ke sini atau tidak. Sungguh saya tak lagi peduli!

'Pergilah berlayar! Ketempat yang kau mau! Lautan bukan hanya kepalaku saja'

Saturday, March 13, 2010

Gitu aja kok repot...

Dalam hidup ini ada banyak pilihan yang bisa kita pilih. Sayangnya..ada saat-saat di mana kita diharuskan untuk memilih sesuatu yang bukan keinginan kita. Seperti sore itu, juminten harus rela berbaur dengan mahasiswa yang 7 semester di bawahnya. Baru beberapa bulan lalu juminten dkk menduduki jabatan sebagai peng-ospek tersenior. Hari ini dia harus duduk manis dengan wajah-wajah yang beberapa bulan lalu jadi sasaran 'bentak2kan'. Mau bagaimana lagi. Demi ayah yang sudah bosan mengirimi nya uang bulanan..juminten telah bertekat untuk segera menyelesaikan kuliah nya. Termasuk 'menyelesaikan' 2 mata kuliah semester awal yang nilainya rapat kanan

Rumput tetangga lebih hijau, terus kenapa?

Melihat negara lain lebih maju, jadi pengen pindah ke negara lain aja. Melihat hape orang lebih bagus, terus jadi pengen juga. Melihat pacarnya orang lebih ganteng atau cuantik terus pengen juga. Melihat muka orang lebih ganteng atau cantik, terus mau tukeran muka juga. Halah! Manusiawi sih, toh setiap orang selalu mengharapkan yang terbaik untuk hidupnya. Tapi..Saat hasrat untuk mendapatkan yang terbaik itu membuat kita kalap dan mulai lupa mensyukuri apa yang kita punya, ini sih mulai kurang ajar dan perlu di hajar. Kalau rumput tetangga lebih hijau..Ya biasa aja lah. kecuali kamu makan rumput, baru heboh kayak kambing kebakaran jenggot!

Hati-hati dengan 'brain eraser'

Tadi malam saya menontön sebuah film di global tivi. Judulnya 'danny the dog'. Saya tidak bermaksud membuat review dari film ini. Salah satu adegan di film ini masih bergelantungan d ingatan saya. Di adegan tersebut, ada seorang pemuda bernama danny yang tidak tahu siapa keluarga nya (tapi pada akhir film nya pemuda itu ingat siapa keluarganya). Danny bertanya pada teman yang telah menolong nya, 'do you remember your mom..bla..bla..bla..'. Akhirnya teman nya itu bercerita tentang ayah dan ibu kandung nya yang sudah meninggal. Pada saat teman nya itu selesai bercerita, danny nyeletuk (saya agak lupa, tapi kira-kira danny mengatakan 'saya tidak mengenal ibu saya'). Dan teman nya menjawab, 'itu lebih baik jika kamu lupa'.
Kenangan yang pahit, memang menyakitkan, banyak orang yang berusaha untuk melupakan kenangan pahit yang pernah di alami. Kadang saya juga seperti itu. Saya pernah berpikir, seandainya saja ada brain eraser yang bisa di gunakan untuk menghapus kenangan yang tidak kita suka.
Tapi, otak waras yang hanya berfungsi kadang-kadang ini pernah menyeret saya pada pemikiran 'seberuntung-beruntungnya orang yang lupa, lebih beruntung lagi orang yang ingat dan waspada'. Bagaimanapun, pengalaman itu adalah guru, tentu nya jika kita bersedia untuk belajar dari pengalaman.
Seseorang yang selalu ingat dan waspada, akan lebih berhati-hati saat melalui jalan berlubang di mana dia pernah jatuh. Tapi seseorang yang lupa, kemungkinan besar akan menjadi keledai dungu yang jatuh pada lubang yang sama.

Thursday, March 11, 2010

Hubungan Tikus dengan Pembangunan

Sensus tahun 1963 di Indonesia menyebutkan bahwa 30% hasil padi habis dimakan tikus. Jumlah itu dapat memberi makan penduduk Singapura selama 16 tahun. Kalau pemerintah mau membangun dengan hasil yang maksimal, perlu diprogramkan pula upaya memberantas tikus. Dengan membiarkan tikus merajalela, lambat laun binatang itu akan mempengaruhi tabiat manusia. Karena itu berantaslah tikus, agar manusia tidak berperangai tikus.